ON FLEEK x DIBUAHI: Varian Baru COVID-19 Delta Plus di India, Indonesia Harus Apa?
BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Azhar dan HMPS Hubungan Internasional Universitas Diponegoro mengadakan acara webinar edukasi terkait dengan varian baru Delta Plus Covid-19. Kegiatan forum diskusi terbuka “On Fleek x DIBUAHI” dengan mengambil pembahasan “Varian Baru COVID-19 Delta Plus di India, Indonesia Harus Apa?” diadakan pada Jumat, 13 Agustus 2021.
Pandemi Covid-19 belum berakhir, muncul varian baru. Sekitar 11 varian baru dari virus Covid-19 mulai bermunculan, salah satunya dari varian baru virus Covid-19 ini disebut sebagai varian delta, varian ini awalnya terdeteksi di India, kemudian bermutasi kembali menjadi varian delta plus. Varian ini memiliki potensi untuk mempengaruhi respons dari antibodi yang ada di dalam tubuh untuk melawan virus, dan dikhawatirkan varian ini jauh lebih mematikan dibandingkan varian lainnya. Namun tidak memungkiri varian lain juga harus diperhatikan, karena sama saja bahayanya.
Persentase kasus penularan yang kian melonjak di India membuat rumah sakit yang ada di India mulai kehabisan stok tabung oksigen mulai menipis. Namun, India selaku sebagai Negara host justru melakukan embargo dengan tidak akan mengirim vaksin AstraZeneca ke WHO dan GAVI, hal tersebut memberikan dampak bagi distribusi vaksin khususnya di Indonesia. Indonesia sendiri tidak mendapatkan jatah vaksin dari yang telah dijanjikan.
Webinar dengan topik ini diisi oleh Bapak Prof. Juhaeri Muchtar PHD selaku VP & Head of Epidemiology and Benefit-Risk Evaluation Global Medical Affairs, Sanofi dan Ibu Ir. Ade Suryanti M.M, IPU selaku Wakil Rektor 2 Universitas Al-Azhar Indonesia sekaligus sebagai Ketua Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di UAI.
Materi pertama disampaikan oleh Bapak Prof. Juhaeri yang merupakan seorang pakar epidemiologi dan pakar statistik yang telah berpengalaman selama kurang lebih 20 tahun dalam bidang penelitian akademis epidemiologi dan perindustrian farmasi menyampaikan bahwa kita harus tetap terfokus dan waspada terhadap Covid-19 terutama kepada semua varian, karena hampir semua varian sama membahayakannya, tidak hanya varian Delta Plus. Kemudian, beliau menyampaikan bahwa situasi Indonesia perbandingan dengan Amerika Serikat jelas berbeda dari berbagai faktor yang kemudian menjadi kasus, salah satunya dapat dilihat dari rekam jejak kasus. Beliau juga menyampaikan mengenai perbandingan persentase tingkat efisiensi dari beberapa vaksin yang ada seperti Pfzier and BioNTech, Moderna, J and J, Az/Oxford, dan juga Sinovac.
Kemudian materi yang kedua disampaikan oleh Ibu Ir. Ade Suryanti selaku Ketua Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di UAI. Beliau menyampaikan bahwa latar belakang adanya pencegahan Covid-19 berdasarkan dari Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 dengan judul “Pembentukan Tim Penanganan Covid-19 di tempat kerja yang terdiri dari Pimpinan, Bagian Kepegawaian, Bagian K3, dan petugas Kesehatan”. Beliau juga menyampaikan bahwa dengan terbentuknya tim yang solid dan komunikasinya lancar antara berbagai komponen organisasi, maka Covid-19 dapat ditekan dengan tekad dan kepatuhan yang kuat, jika dapat terlaksana dengan baik maka akan semakin meminimalisir peningkatan penyebaran virus Covid-19. Beliau menyampaikan bahwa mahasiswa yang merupakan unit operasional adalah sebuah komponen penting dan terutama dalam kepatuhan protokol kesehatan dan juga vaksinasi. Beliau terus menghimbau mengenai sosialisasi terkait Covid-19, baik vaksinasi yang harus menyebar secara merata kepada semua civitas akademika dan mahasiswa.