skip to Main Content
Kelanjutan Hubungan Amerika Serikat Dan China Di Tangan Biden

Kelanjutan Hubungan Amerika Serikat dan China di Tangan Biden

Konflik antara Amerika Serikat dan China yang mulai memanas sejak pertengahan era kepemimpinan Trump, tidak berakhir begitu saja setelah ia meninggalkan White House pada Januari 2021 kemarin. Konflik antara kedua negara ini juga menjadi salah satu konsen utama dalam pemerintahan Joe Biden (2021-2025) ke depan. Ditegaskan bahwa AS tidak segan untuk menggunakan pendekatan militer secara langsung dalam menangani persoalan ini. Hal itu dibuktikan dengan pembentukan gugus tugas baru di Pentagon yang dipimpin Menteri Pertahanan Lloyd Austin untuk pengkajian ulang strategi dan pendekatan dalam menghadapi kekuatan China yang menjadi rival serius di Indo-Pasifik.

Dalam pidato kebijakan luar negeri pertama Biden, Menlu Blinken mengakui bahwa China menjadi tantangan terberat bagi AS pada abad ini. Pasalnya China mampu menggabungkan kekuatan ekonomi, diplomatik, militer, dan teknologi demi membangun stabilitas dan menghadapi tantangan internasional kedepannya. Selain melakukan penekanan kepada Bejing melalui tuntutan-tuntutan yang telah dilakukan di era Trump, Biden juga meningkatkan anggaran pertahanan hingga US$ 715 miliar yang menandai keseriusannya menghadapi China  dalam jangka panjang. Pada saat ini, AS juga memfokuskan kepada penghidupan kembali hubungan diplomatik mulai dari kerjasama iklim hingga penanganan COVID-19. Hal ini dilakukan karena Amerika membutuhkan koalisi yang mulai dibangunnya kembali di kawasan Eropa dan Asia untuk menghadapi kekuatan China.

Di Laut China Selatan, selain mendukung negara-negara yang berkonfrontasi dengan China seperti Filipina dan Jepang, Amerika juga menempatkan kapal perusak USS Curtis Wilbur, kapal induk USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz yang melakukan misi kebebasan navigasi di Indo-Pasifik. Misi kebebasan navigasi ini juga diikuti oleh sejumlah negara seperti Prancis yang mengirim kapal selam nuklir SNA Emeraude dan Inggris yang mengirimkan armada terbesarnya dalam beberapa tahun terakhir yang dipimpin oleh HMS Queen Elizabeth. Misi ini kemudian disusul oleh Jerman dengan dua kapal fregat untuk bergabung bersama Prancis, Inggris, AS dan Jepang. Langkah ini dilakukan guna kembali membangun kerjasama multilateral antara koalisi Amerika di Pasifik dengan NATO yang sempat memudar dalam beberapa tahun terakhir.

REFERENSI

CNN Indonesia. (2021, Maret 05). AS Sebut China Ujian Geopolitik Terbesar Abad Ini. Diambil kembali dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210304152705-134-613756/as-sebut-china-ujian-geopolitik-terbesar-abad-ini

CNN Indonesia. (2021, Maret 03). Ikuti Prancis, Kapal Perang Jerman Gabung AS di LCS. Diambil kembali dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210304113339-134-613614/ikuti-prancis-kapal-perang-jerman-gabung-as-di-lcs

Sorongan, T. P. (2021, Februari 22). Ramai-ramai Negara Barat ‘Kepung’ China di LCS, Mau Perang? Diambil kembali dari CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210222205425-4-225317/ramai-ramai-negara-barat-kepung-china-di-lcs-mau-perang 

Stefan, Theil (dkk). (2021). THE BIDEN PROGRESS REPORT. Foreign Policy. Spring2021, hal. 24-28.

VITAL SPEECHES OF THE DAY. (2021). ON AMERICA’S PLACE IN THE WORLD. Dalam VITAL SPEECHES OF THE DAY. Jil. 87 Edisi 4, hal. 70-73. Chicago: Pro Rhetoric, LLC.

VOA. (2021, Februari 11). Biden Isyaratkan Strategi Baru Hadapi China. Diambil kembali dari VOA Indonesia: https://www.voaindonesia.com/a/biden-isyaratkan-strategi-baru-hadapi-china/5774087.html

(author: Anas Haidar Baqir – Media dan Publikasi)

Back To Top