Webinar Mahasiswa HI Angkatan 2020: Bangun Pemahaman Mendalam atas Krisis Politik Myanmar
Mahasiswa Hubungan Internasional UAI angkatan 2020 sukses menggelar webinar online (13/6) bertajuk “Krisis Politik Myanmar dan Peran Indonesia Melalui ASEAN.” Webinar ini menghadirkan Gilang Wahyu Kuntoaji, M.Dipl., selaku Political Cooperation Division 2 Officer di Sekretariat ASEAN sebagai pembicara, dengan didampingi Muhammad Wahyu Dihati dari HI angkatan 2019 sebagai moderator.
Sesuai judul yang diangkat, webinar ini mengupas tuntas mengenai peristiwa krisis politik yang terjadi di Myanmar. Sebagaimana telah diketahui publik, bahwa pada 1 Februari 2021 lalu, junta militer Myanmar mengambil alih kekuasaan pemerintahan setelah menangkap sejumlah pejabat negara, termasuk Presiden Win Myint, Konselor Aung San Suu Kyi, hingga para pemimpin politik National League for Democracy. Sejak itu Myanmar dinyatakan dalam keadaan darurat, dan seluruh kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudisial beralih ke tangan Jenderal Senior Min Aung Hlaing selaku panglima tertinggi komando junta militer. Tujuan kudeta militer ini tak lain adalah untuk menuntut diadakannya pemilihan ulang yang “adil” dan “transparan”, karena Union Election Commission pemerintahan sebelumnya dinilai telah gagal mengusut penipuan dalam daftar pemilih.
Sontak saja kudeta militer tersebut menarik respon keras dari berbagai pihak. Gilang memaparkan, bahwa di Myanmar sendiri terjadi “kampanye pemberontakan sipil” secara nasional sejak 2 Februari 202, hingga menelan korban lebih dari 858 jiwa dan lebih dari 4.782 orang ditangkap. ASEAN sebagai suatu organisasi regional terbesar di Asia Tenggara juga mendesak berbagai pihak untuk melakukan dialog rekonsiliasi serta normalisasi sebagaimana yang diinginkan warga negara Myanmar. Indonesia sendiri sebagai suatu negara yang mendukung perdamaian negara, turut mengusulkan adanya shuttle diplomacy sebagai upaya penyelesaian konflik Myanmar. Selain itu, Indonesia menginisiasi ASEAN Leaders Meeting di Jakarta, serta menyambut baik peran China untuk memediasi konflik tersebut.
Dalam sesi diskusi yang berlangsung, Gilang berpendapat bahwa nasib Myanmar ke depannya memerlukan kajian yang lebih mendalam. ASEAN yang terbuka atas segala opsi solusi akan menerima bantuan mediasi, baik dari China maupun Amerika Serikat, yang fokus utamanya adalah untuk kestabilan politik dan pemerintahan Myanmar. “Sejauh mana tingkat normalisasinya nanti hadir, bergantung pada iktikad baik junta militer di Myanmar itu sendiri. Namun pihak militer telah menjanjikan bahwa semua akan kembali ke situasi yang senormal mungkin pada tahun 2023 nanti, setelah pemilu baru berhasil dilaksanakan. Entah konflik ini akan dapat selesai dengan atau tanpa adanya campur tangan pihak luar, semua memang kembali lagi kepada iktikad junta militer,” papar Gilang.
Webinar online ini berhasil menarik diskusi yang timbal-balik serta kritis antara pembicara dan peserta. Respon baik diberikan oleh para peserta maupun jejaran dosen yang turut menghadiri webinar ini, sebagai apresiasi terselenggaranya webinar pertama karya mahasiswa HI UAI angkatan 2020. Naufal Majid, selaku ketua pelaksana webinar ini pun mengaku bangga dan mengharapkan hadirnya diskusi-diskusi serupa lagi di waktu-waktu yang akan datang. “Diskusi dan forum seperti ini memantik kepekaan dan kepedulian mahasiswa/i HI terhadap isu-isu internasional. Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi seluruh peserta yang hadir, terima kasih,” tuturnya.
(author: Yolanda Tasya Amalia – Media dan Publikasi)