skip to Main Content
[Lintas Indo] COVID-19 Mengganas, Indonesia Turun Kelas

[Lintas Indo] COVID-19 Mengganas, Indonesia Turun Kelas

COVID-19 masih menjadi permasalahan yang sampai saat ini belum tuntas menyebabkan dampak signifikan bagi negara. Segala macam cara dihadapi untuk mengatasi hal ini tidak terkecuali Indonesia. COVID-19 semakin bermutasi dengan berbagai varian menjadi hambatan dalam berbagai sektor. Penurunan perkapita menjadi permasalahan saat ini pada sektor ekonomi. Penurunan pendapatan juga rata-rata hampir dialami semua negara di masa pandemi ini. 

Indonesia saat ini turun kelas yaitu yang pada awalnya negara pendapatan menengah ke atas di tahun 2019 yaitu 4.050 dolar menjadi negara pendapatan negara ke bawah di tahun 2020 yaitu 3.979 dolar (Ricardo, 2021). Hal itu juga disampaikan secara resmi oleh World Bank di websitenya pada awal Juli 2021. Pencapaian pemerintah dalam mempertahankan status Indonesia bahwa Indonesia masuk ke pendapatan menengah ke atas hanya berselang 1 tahun. 

Menurunnya pendapatan perkapita Indonesia tidak jauh dari dampak akibat COVID-19. Salah satu tolak ukur kesejahteraan masyarakat adalah PDB perkapita negara. World Bank mengklasifikasikan kelas-kelas negara berdasarkan GDP perkapita. Secara prinsip ekonomi, income perkapita tentunya dipengaruhi oleh lapangan kerja, sisi produksinya dapat berjalan. Di masa pandemi ini, daya beli konsumsi masyarakat semakin menurun, motor penggerak PDB mengalami gangguan yang cukup besar.

Sekitar tahun 70-an, income perkapita Indonesia hampir sama dengan Korea Selatan dan Malaysia yaitu 70 ribu dolar (Putra, 2021). Dalam perkembangan ekonomi ketiga negara ini, Korea Selatan telah masuk dalam daftar negara kaya akhir tahun 80-an. Korea Selatan di tahun 2019 mencapai pendapatan perkapita sekitar 33.000 dolar namun turun di tahun 2020 menjadi 31.500 dolar. Malaysia juga dengan strategi new deal, affirmative action policy, pada tahun 2019 berhasil mencapai income perkapita 12.500 dollar, namun turun di tahun 2020 yaitu 11.500 dolar. Indonesia sudah 40 tahun lebih melakukan pembangunan ekonomi secara sistematis namun masih di bawah Korea Selatan dan Malaysia, akan tetapi tidak bisa dibandingkan bila dilihat dari struktur sosialnya. Adapun secara objektif, pada awal tahun 70-an dua negara ini telah konsisten melakukan strategi industrialisasi. 

Strategi industrialisasi dilakukan Indonesia hanya pada awal tahun 80-an sampai akhir 90-an, namun sekarang Indonesia tidak terlalu mengembangkan strategi tersebut. Faktanya sebelum pandemi Indonesia sudah mengalami masalah, ada problem structural tidak hanya tertinggal oleh Korea Selatan dan Malaysia. Awalnya Indonesia menduduki middle income countries namun saat ini, Indonesia menjadi low income countries atau negara pendapatan negara ke bawah. Indonesia memiliki faktor objektif pada permasalahan serta hambatan seperti besarnya penduduk, negara kepulauan, heterogenitas terbesar di dunia. Strategi industrialisasi yang tidak berkembang pada era reformasi berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Para pelaku ekonomi Indonesia berperan dalam industrialisasi ini, namun adanya para pemburu rente yaitu dimana mereka lebih melihat akumulasi kapital dan tidak melakukan secara mendalam sebagai pelaku industri dalam upaya teknologi inovasi dan entrepreneurship. Pada saat ini, hanya dibiarkan para pelaku ekonomi menjadi para pemain pasar modal dengan main lobi dengan tujuan dilindungi bisnisnya agar tetap mengakumulasikan kapital. Dalam era reformasi sekarang ini, hanya terpaku pada regulator sehingga pelaku swasta yang sebelumnya mengakumulasikan kapital semakin besar. 

Adapun, struktur politik dan partai-partai politik Indonesia dibiayai oleh mereka, sehingga hal ini disebut dengan oligarki bisnis dan ekonomi dalam politik. Indonesia akan menjadi sulit dengan kapasitas inovasi dan entrepreneurship karena politik telah mengganggu neraca, serta keseriusan mereka untuk fokus dalam industrialisasi, teknologi, dan entrepreneurship. Dengan ini, menyebabkan layaknya seperti jalan di tempat. Ketimpangan semakin menggerus, orang kaya semakin naik kekayaannya, namun yang paling di bawah mengalami penurunan daya beli hampir 70%. Hal ini semakin tidak tertata apabila tidak melakukan reform mendasar pada politik dan ekonomi. 

Secara ekonomi, Indonesia membutuhkan sebuah reform dengan ketegasan pemerintah salah satunya yaitu pelaku bisnis harus fokus pada hilirisasi industrialisasi dengan membangkitkan teknologi dan entrepreneurship. Reform ekonomi dan politik dapat menghindari ancaman low income trap, agar Indonesia meningkatkan income perkapita secara signifikan sekaligus mengurangi ketimpangan. Kesimpulannya adalah Indonesia harus aktif yang tidak hanya mencapai industrialisasi untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya, namun mengatasi segala ketimpangan untuk dihindari serta mengatasi segala macam faktor secara objektif. Indonesia akan bisa menjadi pendapatan menengah bahkan tinggi apabila Indonesia dapat mengentaskan masalah struktural dan objektif yang dialami Indonesia.

REFERENSI

Putra, D. A. (2021). Alasan Pendapatan Per Kapita RI Kalah dengan Malaysia dan Korsel. Merdeka.com https://www.merdeka.com/uang/alasan-pendapatan-per-kapita-ri-kalah-dengan-malaysia-dan-korsel.html.

Ricardo, E. (2021). Deretan Fakta dan Data Ekonomi RI Turun Kelas. CNBC Indonesia https://www.cnbcindonesia.com/news/20210709221638-16-259714/deretan-fakta-dan-data-ekonomi-ri-turun-kelas.

Back To Top