Menilik Sejarah Taliban, Masa Depan Perempuan Afghanistan, dan Respon Indonesia dalam Peristiwa Taliban
Dunia jagat maya digemparkan oleh masyarakat Afghanistan yang berbondong-bondong memadati landasan bandara di Kabul untuk melarikan diri. Masyarakat Afghanistan mengetahui bahwa penguasaan wilayah sudah di tangan Taliban, hal itu membawa keputusasaan bagi mereka. Taliban telah mengambil alih wilayah Kabul di Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani meninggalkan negaranya pada 15 Agustus 2021, bahkan beredar sebuah gambar menampilkan Taliban yang menduduki kursi milik Presiden Ashraf Ghani.
Awalnya telah ada perundingan perdamaian antara pemerintah AS dan Taliban di Doha, Qatar, yaitu Perjanjian Februari 2020. Taliban telah menyetujui untuk tidak menyerang pasukan AS, namun mereka tidak ingin berdamai dengan pasukan Afghanistan. Kesepakatannya adalah penarikan kembali semua pasukan AS dari Afghanistan pada Mei 2021. Dengan demikian, Taliban malah semakin meningkatkan sejumlah serangan ke pos dan personel militer Afghanistan dan telah menguasai Kabul (Farr, 2021). Pemerintah Afghanistan berada dalam posisi yang sulit. Kekerasan dan pembunuhan semakin terjadi, bahkan kepada pihak krusial seperti politisi, jurnalis, aktivis perdamaian dan mahasiswa.
Dengan menguasai Afghanistan, Taliban merencanakan upaya pembunuhan, penahanan dan intimidasi. Hal itu tidak sesuai dengan janji awal mereka yang tidak akan membalas dendam kepada para lawannya. Namun faktanya, Taliban menyiksa, membunuh dan berusaha mencari orang-orang yang bekerja dengan mantan pemerintah Afghanistan atau negara-negara di Barat (Beaumont, 2021). Tidak hanya itu, mereka melakukan hal tersebut kepada anggota etnis minoritas Hazara di Afghanistan. Ketakutan yang terjadi serta penyerangan ini berdampak kepada masyarakat sipil, aktivis, akademisi, perempuan, dan anak.
Sejarah Singkat Taliban
Pada awalnya, sekitar akhir abad ke-20 ‘Taliban’, kata tersebut bukan hal baru bagi kebanyakan orang. Talib merupakan kata Arab yang diambil dari kata ‘Talib-e-ilm’, yang berarti pelajar atau siswa. Kemunculan Taliban dan Talibanisme di Afghanistan yaitu selama satu abad sebelum invasi Soviet tahun 1979.
Di Asia Tengah, tepatnya di India Britania dan Rusia, Tsar mendirikan negara yang didominasi Pashtun. Pada tahun 1880 dan 1980, negara-bangsa Pashtun ini mendapat dukungan dari kekuatan luar, terutama Inggris dan Soviet, untuk mengejar proyek modernisasi kolonialisme internal (Crews, 2009).
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, masyarakat ini terbagi dalam ideologisnya, hal itu menyebabkan terjadinya kudeta komunis didukung oleh Soviet pada April 1978. Ketegangan komunal semakin meningkat setelah runtuhnya monarki otokratis pada tahun 1973 dan rezim komunis pada tahun 1992. Perang yang berkepanjangan menjadi salah satu penyebab dan meningkatnya campur tangan dari intervensi luar. Oleh karena itu, mereka akhirnya membentuk suatu milisi Taliban dan kebijakan dan praktik brutal Talibanisme.
Perang antar komunal sudah lepas kendali setelah kemenangan militer mujahidin pada bulan April 1992, Pashtun mendominasi manifestasi dari kebijakan pembangunan negara-bangsa dibentuk saat politik Perang Dingin di wilayah tersebut.
Sejak jatuhnya pemerintahan Najibullah pada April 1992, Taliban merebut sebagian besar wilayah selatan dan provinsi Pashtun tenggara. Dengan dorongan atas keberhasilan militer, berkat sejumlah besar uang tunai, senjata, pejuang, dan dukungan teknis atas prakarsa asing mereka yaitu (Pakistan, Arab Saudi, dan teroris al-Qaeda Osama bin Laden), agenda mereka diperluas seluruh Afghanistan di bawah kontrol mereka melalui kekuatan militer. Jadi, Taliban secara sistematis menyerang Herat, Mazar I Sharif, dan seluruh utara, tengah, dan bagian timur laut negara itu, serta daerah mayoritas dihuni oleh komunitas non-Pashtun.
Pada saat Taliban menguasai Kabul pada bulan September 1996, dinamakan dengan “the Taliban Creed”. Taliban memiliki komitmen yang disebut “pemurnian Afghanistan” , seperti misi Mullah Muhammad Omar, Pemimpin tertinggi Taliban untuk membersihkan Afghanistan dari korupsi dan berorientasi Barat. Hal ini merupakan tujuan mereka dengan penaklukan militer, menghukum setiap perlawanan dengan kekerasan ekstrim, termasuk pembantaian besar-besaran dan penghancuran masyarakat.
PBB telah memberikan sanksi kepada Taliban terkait hubungannya dengan al-Qaeda pada tahun 1999. Taliban dianggap melindungi Osama Bin Laden saat terjadinya serangan 9/11 (Andryanto, 2021). Pada Desember 2001, Taliban mengalami keruntuhan dalam kekuasaannya setelah AS memberikan serangan ke Afghanistan.
Pada Februari 2020, Taliban dan AS menandatangani perjanjian perdamaian, AS akan menarik pasukannya namun AS memberikan syarat kepada Taliban untuk memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda dan kelompok ekstrimis lainnya serta tidak menjajaki milisinya di AS. Selain itu, kesepakatan lainnya adalah menghentikan kekerasan, dan merundingkan perdamaian dengan pemerintah Afghanistan (Indonesia, 2021).
Bagaimana Masa Depan Perempuan Afghanistan?
Sejak Taliban mengambil alih Kabul pada tahun 1996, peraturan ketat sudah mereka berlakukan. Ada beberapa pelarangan terutama terhadap perempuan yang saat itu atas dasar perintah Mullah Omar:
- Perempuan harus menutup wajah hingga kakinya karena dianggap godaan (fitnah) yang dapat menyebabkan gangguan umum dan melarang membuka wajah di depan umum. Perempuan tidak boleh bersekolah, bekerja di luar rumah atau bahkan keluar rumah tanpa wali laki-laki/mahram. Selain itu, mereka menghadapi hukuman cambuk di depan umum jika mereka terbukti melanggar aturan moralitas.
- Pelarangan hiburan seperti musik, TV, dan melarang hari libur non-islam
- Wanita tidak boleh mencuci pakaian di tepi sungai. Jika ditemukan melakukannya mereka akan diserahkan ke tahanan dari wali laki-laki dan dihukum berat.
- Musik dan tarian dilarang dalam upacara pernikahan.
Sejak jatuhnya Taliban pada tahun 2001, telah mengalami kemajuan dengan dibuatnya perlindungan hak-hak perempuan di Afghanistan namun, dengan penarikan pasukan internasional yang direncanakan pada akhir tahun 2014, ketidakamanan semakin meningkat dan Amnesti Internasional prihatin dengan hak-hak serta resiko yang akan dialami perempuan Afghanistan (Maggie Astor, 2021).
Saat jumpa pers pertama, Taliban mengatakan akan berjanji memberikan hak-hak perempuan Afganistan seperti bekerja, berpergian dan sekolah namun tetap mengacu pada hukum Islam. Adapun Taliban masih dalam perhatian khusus untuk praktik nyatanya terhadap perempuan (Saputra, 2021).
Respons Indonesia terhadap Taliban
Dengan peristiwa ini mengingat Indonesia secara praktik Politik luar negeri bebas dan aktif berharap agar Taliban dapat membentuk suatu pemerintahan yang inklusif, memberikan hak-hak perempuan dengan baik, dan menetapkan untuk tidak menjadikan Afghanistan sebagai sarang terorisme. Saat ini, Indonesia telah memulangkan dengan selamat WNI dari Afghanistan sebanyak 26 WNI (Aivanni, 2021).
REFERENSI
Aivanni, N. (2021). Berhasil Evakuasi WNI dari Afghanistan, Menlu Sebut Negara Hadir. https://mediaindonesia.com/internasional/427676/berhasil-evakuasi-wni-dari-afghanistan-menlu-sebut-negara-hadir.
Andryanto, S. D. (2021). Taliban Keluar Afganistan Pada 2001 setelah Tragedi WTC 9/11, Kini Muncul Lagi . https://dunia.tempo.co/read/1496832/taliban-keluar-afganistan-pada-2001-setelah-tragedi-wtc-911-kini-muncul-lagi.
Beaumont, P. (2021). Afghanistan reports of torture and killing contradict Taliban’s promises. https://www.theguardian.com/world/2021/aug/20/afghanistan-reports-of-torture-and-killing-contradict-taliban-promises.
Crews, R. D. (2009). The Taliban and the crisis of Afghanistan. United States of America: Harvard University Press.
Farr, G. (2021). What Happened to the Afghan Peace Talks? https://www.e-ir.info/2021/02/24/what-happened-to-the-afghan-peace-talks/?utm_source=MadMimi&utm_medium=email&utm_content=Weekly+Roundup+from+E-International+Relations&utm_campaign=20210221_m162121812_Weekly+Roundup+from+E-International+Relations&utm_term.
Indonesia, B. (2021). Afghanistan: Apa isi ‘kesepakatan luar biasa’ Taliban dan Trump yang menjadi kunci kelompok ini kuasai kembali Afghanistan? https://www.bbc.com/indonesia/dunia-58269309.
Maggie Astor, S. H. (2021). A Taliban spokesman urges women to stay home because fighters haven’t been trained to respect them. https://www.nytimes.com/2021/08/25/world/asia/taliban-women-afghanistan.html.
Saputra, E. Y. (2021). Taliban Janji Akan Menghormati Hak Perempuan Afganistan. https://dunia.tempo.co/read/1495725/taliban-janji-akan-menghormati-hak-perempuan-afganistan.