Isu Palestina-Israel: Isu Kemanusiaan yang Belum Berakhir
Konflik antara negara Israel dan Palestina muncul kembali akhir-akhir ini. Hal ini diawali dengan warga Palestina yang memprotes rencana Israel untuk menggusur mereka dari kawasan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur dalam rangka perluasan permukiman Yahudi. Aksi protes ini mengakibatkan terjadinya bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina sejak Jum’at 7 Mei 2021. Puncak kejadian yang membuat konflik ini menjadi perhatian ialah bentrokan kembali terjadi pada Sabtu 8 Mei 2021 pada saat warga Palestina sedang melaksanakan Sholat untuk menyambut Lailatul Qadar di Masjid Al-Aqsa, yang kemudian diserang oleh Israel. Akibat dari bentrokan yang terjadi dari Jum’at 7 Mei hingga Sabtu 8 Mei 2021 ini sedikitnya terdapat 295 warga Palestina dan 17 aparat Israel luka-luka.
Pada 10 Mei 2021, Harakat Al-Muqawamah Al-Islamiyahdan (Hamas) dan Jihad Islam Palestina yang dimana keduanya merupakan organisasi politik dan militer Palestina memberikan ultimatum untuk mengusir pasukan militer Israel dari Masjid Al-Aqsa. Tidak lama setelah ultimatum diberikan, kedua organisasi Palestina tersebut meluncurkan sejumlah roket kepada Israel. Hal ini direspons oleh Pasukan Pertahanan Israel dan menyerang balik dengan mengirimkan sejumlah roket terhadap jalur Gaza.
Konflik pun masih berjalan hingga tanggal 21 Mei 2021 sebelum terjadinya gencatan senjata yang disepakati oleh kedua belah pihak. Walaupun gencatan senjata telah diumumkan pada tanggal 21 Mei 2021, namun masih terdapat beberapa konflik kecil antara kedua negara tersebut dengan serangan yang diluncurkan oleh kedua negara. Alasan mengapa Israel masih menyerang Palestina hingga saat ini adalah untuk menaklukan organisasi Hamas. Sejauh ini, korban yang telah tewas pada tanggal 18 Mei 2021 yaitu itu sebesar 213 warga Palestina dan 61 diantaranya merupakan anak-anak. Akibat insiden ini membuat beberapa kelompok di berbagai negara mengecam serangan-serangan ini.
Pemberlakuan gencatan senjata Israel-Hamas sejak Jumat dini hari waktu setempat, mengakhiri 11 hari pertempuran dari kedua pihak. Gencatan senjata Israel-Hamas itu diusulkan oleh Mesir dan berlaku secara “mutual dan tanpa syarat”. Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi mengatakan, ia akan mengirim delegasi yang akan memantau penerapan gencatan senjata Israel-Hamas di lapangan. Tekanan AS yang luar biasa menjadi faktor terkuat di balik langkah Israel menyetujui gencatan senjata. Menurut The Washington Post, dalam pembicaraan telepon terakhir antara Presiden AS Joe Biden dan PM Netanyahu, Senin malam lalu, Presiden AS mengancam Netanyahu bahwa Israel akan kehilangan dukungan AS jika Israel bersikeras melanjutkan perang di Jalur Gaza.
Konflik ini mendapat respons ataupun kecaman internasional, seperti hal nya Pemerintah Indonesia yang mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mengambil tindakan nyata atas pelanggaran yang terus dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina. Indonesia juga terus berusaha membantu Palestina termasuk dalam Committee on the Exercise of the Inalienable Rights of the Palestinian People (CEIRPP) di Majelis Umum PBB serta mengusulkan agar Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Gerakan Non Blok (GNB) untuk segera melakukan pertemuan khusus untuk membahas konflik ini.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab dalam cuitannya mengatakan bahwa serangan roket “harus dihentikan” dan menyerukan agar mengakhiri “sasaran warga sipil”. Serta Juru Bicara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan bahwa kekerasan di Tepi Barat Gaza dan Yerusalem Timur harus segera dihentikan. Hingga Juru bicara Kantor PBB untuk Hak Asasi Manusia, Rupert Colville mengatakan “sangat prihatin” dan mengecam ‘semua yang memicu kekerasan dan provokasi.”
Dengan memanasnya kembali konflik diantara Palestina – Israel ini, maka banyak negara yang mengecam perbuatan Israel. Banyak negara juga yang tidak hanya melakukan kecaman, seperti Irlandia, China, dan Mesir. Irlandia mengumumkan bahwa negaranya akan mengirimkan alokasi bantuan dana kepada Palestina sebesar 1,5 Juta Euro. Langkah ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney sebagai tanggapan atas keadaan yang terjadi di Gaza. Bantuan dari Irlandia ini akan dikirim melalui UNRWA. China sempat mengajukan diri sebagai mediator untuk membantu menyelesaikan konflik antara Israel dengan Palestina. Juru Bicara Kementrian Luar Negeri China Zhao Lijian menegaskan bahwa China sebagai perwakilan dari Dewan Keamanan PBB menjadikan konflik Israel dan Palestina ini sebagai prioritas utama. Mesir secara langsung sudah mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan bagi warga palestina. Bantuan makanan ini dikirimkan melalui darat yang menggunakan total 26 truk dan 50 ambulans juga sudah dimobilisasi sebagai bantuan medis.
Penyerangan kepada masyarakat yang berada di Al Aqsa dan penyerangan di Gaza bukanlah isu agama tetapi kejahatan kemanusiaan yang keluar dari nilai-nilai kemanusiaan yang melanggar kedaulatan rakyat Palestina. Secara garis besar, pengertian dari Isu Kemanusiaan adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mewakili ancaman kritis terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan komunitas atau sekelompok besar orang lainnya yang berada di dalam suatu wilayah yang sangat luas. Isu atau krisis kemanusiaan ini berfokus pada apa yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang tidak sesuai serta menganggu dalam pelaksanaan dan penerapan HAM yang semestinya.
Satu dari tiga pengelompokkan krisis kemanusiaan adalah Complex Emergencies atau keadaan darurat yang kompleks. Keadaan ini diakibatkan dari adanya kombinasi elemen alam dan buatan manusia sehingga menyebabkan kerentanan pada masyarakat. Dengan adanya konflik bersenjata yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan kesulitan masyarakat dalam mengakses kebutuhan kehidupan sehari-hari, permasalahan antara Palestina dengan Israel ini bisa dikelompokkan ke dalam Complex Emergencies.
Konflik yang terjadi antara Palestina dengan Israel sudah berlangsung selama puluhan tahun dan pembahasannya semakin meluas ke ranah kemanusiaan. Hingga hari Kamis, 20 Mei 2021 jumlah korban tewas di Gaza, Palestina mencapai 228 orang dan tercatat sebanyak 21 warga Palestina di Tepi Barat meninggal setelah bentrokan dengan aparat Israel. Sedangkan dari pihak Israel sendiri korban tewas telah mencapai 12 orang. Ribuan warga terutama di Palestina pun turut menjadi korban luka akibat dari agresi yang dilakukan oleh Israel. Banyak warga yang diusir paksa dengan cara kekerasan oleh aparat Israel sehingga memaksa warga Palestina untuk mengungsi dan kehilangan tempat tinggalnya. Tindakan tersebut termasuk ke dalam tindakan terorisme dan melanggar Hak Asasi Manusia yang ada.
Apa yang terjadi di Palestina mengundang simpati dari berbagai kalangan masyarakat di dunia terutama karena korban jiwa yang berjatuhan tidak hanya sebatas aparat bersenjata, tetapi juga penduduk sipil yang tidak bersalah termasuk anak-anak dan wanita yang tergolong ke dalam kelompok rentan. Dukungan dan bantuan untuk Palestina terus berdatangan dari berbagai negara dalam bentuk bantuan pangan, obat-obatan, dan sumbangan dana mengingat sulitnya warga Palestina untuk mendapatkan hak-hak tersebut akibat konflik yang terjadi.
Untuk menyikapi konflik antara Palestina dengan Israel ini harus mengutamakan sisi kemanusiaan terlepas dari keberpihakan di setiap negara. Dengan menjadi manusia yang memuliakan manusia lainnya maka setiap manusia akan memiliki hak serta kesetaraan dan keadilan yang sama.
KESIMPULAN
Apa yang terjadi di Palestina mengundang simpati dari berbagai kalangan masyarakat di dunia terutama karena korban jiwa yang berjatuhan tidak hanya sebatas aparat bersenjata, tetapi juga penduduk sipil yang tidak bersalah termasuk anak-anak dan wanita yang tergolong ke dalam kelompok rentan. Dukungan dan bantuan untuk Palestina pun berdatangan dari berbagai negara dalam bentuk bantuan pangan, obat-obatan, dan sumbangan dana mengingat sulitnya warga Palestina untuk mendapatkan hak-hak tersebut akibat konflik yang terjadi. Untuk menyikapi konflik antara Palestina dengan Israel ini harus mengutamakan sisi kemanusiaan terlepas dari keberpihakkan di setiap negara. Cukup menjadi manusia yang memuliakan manusia lainnya sebagai sesama makhluk hidup yang memiliki hak serta kesetaraan dan keadilan yang sama.
Kami mengharapkan agar PBB mempercepat tindakan yang jelas untuk Palestina secara adil dan tidak sekedar ucapan belaka agar dapat menengahi kedua pihak, dan negara-negara lain khususnya di kawasan Timur Tengah untuk membantu agar konflik ini cepat selesai dan Palestina dapat bangkit kembali dari keterpurukan yang telah dialami selama ini sehingga menjadi negara yang sejahtera. Selain itu, masyarakat sekitar yang menanggapi hal ini diharapkan dapat berpikir matang sebelum memberikan pendapat dan lebih memikirkan jika masalah ini bukan masalah biasa atau bukan soal agama melainkan tentang hak kemanusiaan yang ada di negara itu.
REFERENSI
https://www.cnbctv18.com/world/timeline-how-israel-palestinian-conflict-escalated-9341231.htm
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-57035339
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-57096375
www.irishexaminer.com/news/arid-40293944.html
https://www.africanews.com/2021/05/18/egypt-sends-food-medical-aid-to-palestine/
https://www.humanitariancoalition.ca/what-is-a-humanitarian-emergency
https://www.kompas.id/baca/internasional/2021/05/21/israel-umumkan-gencatan-senjata/
(author: Kajian Departemen PHK)