skip to Main Content

Gebrakan Baru dalam 100 Hari Kerja: Indonesia Resmi Menjadi Anggota BRICS

Oleh: Wafa Afifah, Zaki Zinedine Teja, Zufar Bassam (Departemen Politik, Hukum, dan Kaderisasi)

Tepat pada tanggal 21 Januari 2025 terhitung sudah 100 hari kerja Presiden Indonesia Periode 2024-2029. Dalam kurun waktu 100 hari ini, Politik Luar Negeri Indonesia resmi membuat gebrakan baru dengan bergabung menjadi anggota BRICS pada Januari 2025.

BRICS+ merupakan blok kerja sama multilateral yang pada awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok dengan nama BRIC. Blok yang terbentuk pada Tahun 2009 ini bertujuan untuk menjadi platform kerja sama yang tidak mengintervensi, setara dan saling menguntungkan. Di samping itu, blok kerja sama ini juga dianggap sebagai mitra ekonomi dan alternatif untuk blok G7 di dunia. Saat ini BRIC telah berevolusi menjadi BRICS+ bersamaan dengan bergabungnya Afrika Selatan, Indonesia, Mesir, Etiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.

Indonesia merupakan anggota terbaru yang resmi bergabung dengan BRICS+ yaitu pada 06 Januari 2025. Berkaitan dengan salah satu program prioritas Presiden Indonesia saat ini adalah Penguatan pertahanan dan keamanan negara dan pemeliharaan hubungan internasional yang kondusif. Mungkinkah bergabungnya Indonesia dengan BRICS merupakan salah satu jalan untuk mencapai program prioritas ini?

Kenyataannya, Indonesia bergabung dengan BRICS+ bertujuan untuk meningkatkan perannya di kancah internasional dan memperkuat kerjasama ekonomi dengan negara-negara besar lainnya. Keanggotaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal investasi, perdagangan, dan pengaruh politik global.

  1. Peningkatan Peran Internasional : Keanggotaan di BRICS+ mencerminkan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam tatanan global dan memperkuat posisinya sebagai negara penting di kawasan.
  2. Kerjasama Ekonomi : Indonesia berharap dapat meningkatkan kerjasama ekonomi dengan negara-negara anggota BRICS+, yang mencakup Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, serta negara-negara baru seperti Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.
  3. Dukungan untuk Global South : Bergabung dengan BRICS memungkinkan Indonesia untuk mengangkat kepentingan negara-negara berkembang, memperkuat solidaritas dan kerjasama Selatan-Selatan.
  4. Diversifikasi Hubungan : Keanggotaan ini juga merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju, terutama dalam konteks geopolitik yang semakin kompleks.
  5. Keselarasan dengan Program Kerja : Prioritas BRICS, seperti ketahanan pangan dan energi, sejalan dengan program kerja pemerintah Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
  6. Peluang Investasi dan Infrastruktur : BRICS memiliki bank yang dapat memberikan pinjaman untuk proyek pembangunan, yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi.
  7. Mendukung De-dolarisasi : Bergabung dengan BRICS memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk terlibat dalam inisiatif yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional.

Lalu, Dampak yang ditimbulkan dari bergabungnya Indonesia menjadi anggota BRICS+ ini merambah ke berbagai aspek, yaitu:

  1. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Para ekonom berpendapat bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS dapat menjadi dorongan untuk mencapai target ambisius pertumbuhan PDB sebesar 8%. Bergabungnya Indonesia ke BRICS ini diharapkan dapat memfasilitasi transfer teknologi, mempercepat industrialisasi, dan memperluas pasar ekspor. Namun, untuk mewujudkan potensi ini perlu memprioritaskan pembangunan infrastruktur dalam negeri, reformasi peraturan, dan peningkatan iklim investasi.

  1. Akses terhadap pembiayaan pembangunan

Bergabung dengan BRICS memberikan Indonesia akses terhadap New Development Bank (NDB), yang berfokus pada proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan. Akses ini dapat mendukung inisiatif infrastruktur Indonesia, selaras dengan tujuan pertumbuhan ekonominya. Dengan kata lain, membuka peluang besar bagi investor asing untuk berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. 

  1. Kebijakan luar negeri Indonesia.

Keanggotaan Indonesia di BRICS menggarisbawahi peran aktif Indonesia dalam isu-isu global dan komitmen terhadap kerja sama multilateral. Kementerian Luar Negeri Indonesia menekankan bahwa langkah ini mencerminkan langkah strategis Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dengan sesama negara berkembang, mengedepankan prinsip-prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan pembangunan yang berkelanjutan. 

  1. Aspek pertahanan dan keamanan

Yang terakhir, bergabungnya Indonesia ke BRICS juga menjadi angin segar bagi hubungan diplomasi Indonesia terutama dengan negara-negara BRICS dalam aspek pertahanan dan keamanan.

Sejalan dengan keanggotaannya di BRICS, Indonesia telah menyelenggarakan latihan angkatan laut bersama dengan Rusia, yang menandai perkembangan yang signifikan dalam hubungan pertahanan bilateral. Latihan-latihan ini, yang dilakukan di lepas pantai timur Jawa, menunjukkan niat Indonesia untuk meningkatkan pengaruh globalnya dengan tetap mempertahankan sikap kebijakan luar  negeri yang netral. 

Kesimpulan dan Pernyataan

Bergabungnya Indonesia menjadi anggota BRICS menjadi pembuka peluang bagi kemajuan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Bersamaan dengan program-program pembangunan yang dicanangkan oleh Pasangan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Periode 2024-2029, bergabungnya Indonesia menjadi anggota BRICS diharapkan dapat mendukung kelancaran program-program tersebut.

Lalu, timbul pertanyaan apakah keanggotaan Indonesia dalam BRICS+ ini merupakan sebuah bukti masih adanya gerakan non-blok dalam implementasi politik luar negeri Indonesia. Bukti bahwa konsistensi keberpihakan Indonesia terhadap semua pihak atau semua negara, tanpa memutus hubungan dengan satu pihak atau pihak lainnya. Atau bahkan ini merupakan usaha Presiden Indonesia untuk membawa kita ke arah yang lebih bebas dari hegemoni yang berkuasa? We’ll see

Back To Top