skip to Main Content
HI Dengan Filsafat Membosankan ?

HI Dengan Filsafat Membosankan ?

Sebagai penstudi Hubungan Internasional setiap interaksi ataupun aktivitas keilmuan selalu membahas berbagai hal yang saling berkaitan satu sama lain, ini adalah bagian aktivitas ketika kita sudah terlibat baik sebagai akademisi ataupun mahasiswa. Di dalam ilmu HI sendiri banyak ilmu pengetahuan yang dilibatkan untuk menafsirkan realitas yang terjadi di dunia Internasional. Jika kita sadari ada dua buah kata yang kerap kita dengar yaitu HI sebagai multidisipliner dan Interdisipliner, hal itu dikarenakan ilmu ini dibangun oleh banyak ilmu seperti Filsafat, Ekonomi, Sejarah, dan Hukum. Tidak heran terkadang HI juga menyinggung sedikit beberapa kajian ilmu lain seperti psikologi misalnya inilah yang dimaksud sebagai interdisipliner ilmu. Sehingga ruang lingkup kajian menjadi dinamis dan beragam.

Semestinya kekakuan dan rasa jenuh saat berdialektika mengenai berbagai isu Internasional tidak akan membosankan, ketika kita berstatus sebagai mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional. Karena melalui ilmu HI kita bisa mengkaji apapun dengan pendekatan teori yang beragam, terutama memanfaatkan filsafat kedalamnya. Filsafat merupakan induk dari segala Ilmu pengetahuan, tidak dapat dipungkiri bahwa yang membangun keilmuan HI secara substansial adalah filsafat diantara disiplin ilmu lainnya. Filsafat dan Filsafat Ilmu meskipun berbeda secara prinspil tetap saling membangun dalam konteks berfilsafat sehingga keduanya tidak terpisahkan dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan.

Kemudian apakah dengan filsafat ilmu isu didalam HI lebih menarik untuk dibicarakan? Atau dengan filsafat HI sangat membosankan karena seakan-akan memeras isi kepala lebih banyak?, sehingga dinilai memberatkan proses berpikir yang tiada habisnya. Tidak dapat dinafikan bahwa ilmu pengetahuan lebih populer karena mengedepankan ultilitas dan fokus pada objek kajian secara maksimal. Di sisi lain, dengan filsafat banyak pencerahan serta nilai-nilai kebijaksanaan yang kita dapatkan dalam mencoba menafsirkan gejala di dunia Internasional secara menyeluruh dengan tidak kaku serta dinamis. Tanpa filsafat Ilmu Hubungan Internasional tidak akan berkembang, bagaimana bisa ilmu pengetahuan berkembang tanpa Socrates, Plato, dan Aristoteles sebagai sosok besar dari dimulainya era filsafat klasik. Copernicus dan Galileo yang mengubah perspektif dunia dan kerap dijadikan sebagai contoh umum dalam memahami karya Thomas Khun yang membahas pergesaran paradigma, didalam The Structure of Scientific Revolutions. Bagaimana dengan Imanuel Kant sebagai tokoh filsafat modern yang berpengaruh terhadap politik internasional dengan kantianya serta tulisan Al-Kindi mengenai Astronomi, Astrologi, Biologi, Etika, Psikologi, Logika hingga Kedokteran.

Merefleksikan pemahaman Khun terhadap pergesaran paradigma kedalam ilmu Hubungan Internasional merupakan bukti bahwa pengetahuan sangat dinamis. Terlebih lagi jika kita memantapkan proses berfikir dengan berfilsafat. Hal ini bermanfaat terhadap proses berpikir kita memaknai realitas yang terjadi dalam isu Internasional. Pergesaran paradigma Ilmu HI semakin berkembang juga melalui proses berfilsafat tanpa disadari. sehingga munculnya great debate dan proses falsifikasi selama itu tidak mungkin muncul tanpa adanya proses berpikir yang mendalalam terhadap suatu paradigma dalam menjawab realitas yang terjadi.

Sebenarnya keberadaan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan tidak layak untuk diperdebatkan karena keduanya bisa saling mengisi satu sama lain . Filsafat sendiri telah membahas berbagai ilmu pengetahuan. Namum kehadiran ilmu pengetahuan membuat beberapa cabang ilmu tersebut terpisah dari filsafat karena ilmu pengetahuan sendiri, hanya berfokus pada satu pengetahuan sebagai objek kajiannya berbeda dengan filsafat yang melihat berbagai aspek yang sangat luas mengenai alam semesta. Dengan filsafat, kita bisa membaca realitas lebih luas dibandingkan Ilmu pengetahuan yang terkurung di dalam segmentasi objek kajiannya. Tetapi dengan ilmu pengetahuan kita bisa mendalami dengan baik objek kajian tertentu. Dengan filsafat kita bisa menghabiskan banyak waktu menafsirkan dan memikirkan realitas yang bisa dilihat dalam berbagai kajian objek mengenai ilmu pengetahuan sehingga, dengan filsafat kemampuan penafsiran kita lebih dinamis dan tidak ajeg terhadap satu ilmu pengetahuan tertentu. Akan tetapi, pembatasan seperlunya harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan sebagai standar yang memastikan kita tetap pada jalur kajian yang terfokus dan objektif.

Mungkin bagi sebagian orang menganggap filsafat sudah usang. Namun, yang perlu diketahui adalah peradaban dibentuk melalui proses berpikir yang mendalam dan bijaksana hingga menyeluruh hal ini meliputi seluruh alam semesta. Sebagai mahasiswa HI kita memang tidak diwajibkan mendalami filsafat namun, dengannya kita sebagai penstudi HI akan terbantu dalam melakukan kajian tidak hanya secara praktis dan sesuai dengan kebutuhan akademis. Tetapi, mengetahui secara paripurna ilmu pengetahuan yang dewasa ini berkembang seharusnya dimanfaatkan dalam rangka membantu umat manusia. Yaitu menuju kepada kebenaran dari sebuah realitas yang sulit untuk ditafsirkan dengan sebagian perspektif atau sudut pandang beberapa ilmu pengetahuan saja.

REFERENSI
Kattsoff, Louis. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta
LP3ES.

(author: Muhammad Rakha Seno – Mahasiswa HI 2018)

Back To Top